Jogyakarta,
Aku adalah seorang anak perempuan yang lahir dari keluarga terpandang 53 tahun lalu di Jogya. Ayah ibuku adalah orang yang dermawan. Namun seiring berjalannya waktu aku menjalani banyak penderitaan dalam hidupku. Aku anak tertua dan kakak dari 6 adik - adikku. Namun terhitung hingga saat ini hanya tersisa 2 orang adikku, 4 orang adikku lainnya telah meninggal dunia karena sakit.Inilah sepenggal kisah perjalanan hidupku…
Dulu, aku adalah seorang anak kecil yang bahagia, bermain dengan teman sebayaku, periang dan ceria, aku juga punya segalanya. Namun bahagia itu singgah hanya untuk sementara, karena di 7 tahun usiaku ayah tercintaku menderita sakit, batuk yang berkepanjangan , virus menyerang paru – parunya,hingga kami harus mondar mandir membawanya ke rumah sakit, dan dalam kurun waktu yang lama, yaitu selama 7 tahun. Aku sebagai anak tertua yang masih kecil tidak bisa membantu ibuku dan untuk membiayai kehidupan kami saat itu juga untuk biaya rumah sakit terpaksa ibuku harus menjual semua harta yang mereka miliki,hingga nyawa ayahku tak tertolong lagi.Habis sudah kekayaan itu, hanya tersisa rumah bilik seperti gubuk yang menjadi tempat tinggal kami saat itu. Dan saat itu ibuku hanya seorang janda yang harus berjuang menghidupi 7 anak – anaknya yang masih kecil. Begitu berat ujian itu.6 bulan setelah ayahku meninggal, kami hidup menderita, bahkan untuk tetap bisa makan pun kami harus menjual pakaian, piring dan perabotan rumah yang ada,namun kami tetap mempertahankan gubuk bilik kami, karena hanya itu tempat kami untuk bisa tidur dan tetap berkumpul bersama. Waktu terus berjalan akhirnya kami pun harus merasakan kelaparan karena tidak ada yang bisa kami makan. Sakit rasanya perutku menahan lapar, aku menangis memikirkan ibu dan adik- adikku yang juga merasakan sakit menahan lapar Akhirnya ibuku pergi berkunjung ke tempat saudara – saudaranya untuk meminta bantuan, tapi apa yang ibuku dapatkan? Tidak ada seorangpun yang mau memberi bantuan kepadanya. Sungguh kejam mereka saat itu, seakan air susu dibalas air tuba. Dulu disaat mereka dalam kesulitan ayah ibuku selalu membantu mereka. Akhirnya ibuku datang ke tempat nenekku dengan tujuan yang sama,nenekku termasuk orang yang berada,tapi.setelah kakekku meninggal, nenekku menikah lagi dengan seorang duda beranak 5.Ibuku tiba dirumah nenekku meminta bantuan. Ya, nenekku memberi bantuan, tapi tidak gratis, karena ibuku harus menjadi kuli tumbuk padi nya. Ya Tuhan begitu berat hidup kami saat itu,namun ibuku terus berjuang dan berjuang menjadi kuli tumbuk padi juga pembantu di mana saja yang penting baginya adalah bisa memberi makan anak – anaknya. Ia tak perduli tubuhnya terus menjadi kurus kering tinggal tulang diselimuti kulit tubuh yang tipis.
Tuhan, saat itu aku merasa aku harus bertindak, aku harus melakukan sesuatu untuk membantu meringankan beban ibuku. Setiap pulang sekolah aku pergi menjadi kuli tumbuk padi menemani ibuku, dan jika sudah selesai aku membantu tetanggaku berjualan dan aku mendapat upah darinya. Aku pun sering menjadi kuli pencuci piring tetanggaku yang lain,mengasuh anaknya seperti layaknya seorang pembantu, bahkan aku sempat mencuri nasi dan ikan untuk makan adik – adikku, aku tahu perbuatan itu dilarang, tapi aku khilaf,aku tdk tega melihat adik – adikku kelaparan.
Semua aku lakukan untuk meringankan beban ibuku. Ada sebagian orang di tempatku tinggal mencemooh kami karena keadaan kami. Tapi aku tidak memperdulikannya.
Setiap hari aku terus membantu ibuku, hingga akhirnya aku memutuskan untuk berhenti sekolah karena tidak bisa membiayai sekolahku. Aku memutuskan untuk bekerja serabutan untuk tetap bisa membiayai adik – adikku sekolah. Tuhan terkadang aku merasa sedih akan hidupku, aku hanya seorang anak yang lemah yang juga ingin merasakan kebahagiaan seperti layaknya anak – anak remaja lainnya.
Tapi, di balik deritaku ternyata Tuhan memberiku suara yang indah untuk melantunkan ayat – ayat – Nya, Berbagai perlombaan kuikuti dan aku sering menjadi juara. Dari situ banyak orang orang mengenalku dan suka padaku,ibu – ibu, bapak – bapak, juga sebayaku mereka mengagumi suaraku. Hingga ada dua anak laki – laki bersaudara dari keluarga ulama yang memberi perhatian lebih padaku. Ulama itu adalah teman ayahku semasa hidupnya.Kakaknya bernama Abu, dia seorang laki – laki muda, baik dan tampan.Dan dia adalah guru di sekolahku dulu.Sedangkan adiknya bernama Abash, dia adalah teman sekolahku dulu. Dan ternyata mereka menyukaiku, mereka mengirimi aku surat.Dan mereka mengharapkan hubungan lebih dari sekedar teman. Namun aku berusaha menepis rasa itu, meskipun rasa tertarikku pada Abu tiba – tiba datang menghampiri hatiku.
Tapi Abu tetap memberiku perhatian lebih, dia juga menyarankan aku untuk kembali sekolah dan ia akan membantu membiayai sekolahku. Tapi aku tetap menolak, karena aku tetap harus membantu ibuku bekerja untuk membiayai hidup kami dan sekolah adik – adikku. Tidak berhenti di situ, Abu akhirnya memberiku buku – buku pelajaran agar aku tetap belajar, dan akhirnya aku menerima buku – buku itu. Tapi, tetap aku menganggap Abu sebagai guru dan temanku. Abu dan Abash bersaing untuk mendapatkan aku.
Waktu terus berjalan, akhirnya aku merasa bahwa aku menyukai Abu, dan aku pun membalas surat – suratnya, namun ketika rasa itu datang Abu pergi meninggalkan aku untuk melanjutkan kuliah di Jakarta.Tanpa kabar berita dia pergi, dan akhirnya Abash terus mendekati aku. Aku dikenal sebagai anak yang cantik namun sangat miskin setelah kematian ayah tercintaku.
Aku berusaha melupakan semua itu dan menganggap kembali mereka sebagai teman saja, aku harus tetap bekerja serabutan untuk terus membantu ibuku. Dan aku tetap melanjutkan keseharianku sebagai kuli tumbuk padi, juga pembantu tetanggaku,berjualan gorengan dan makanan lain mengelilingi desa dan melewati sawah serta kebun, semua itu berjalan hingga aku berusia 17 tahun.
Dan suatu ketika aku berjualan aku bertemu laki – laki muda yang ternyata dia pun menatap aku penuh suka. Tapi aku merasa tidak menyukainya saat itu dan aku melanjutkan langkahku untuk berjualan.
Hingga tiba suatu hari, ibuku mengajakku menghadiri pemakaman saudara tirinya yang bernama Jayadiningrat. Terbilang seorang kaya dan disegani masyarakat di sana , dia memiliki istri yang kesehariannya seperti seorang ratu keraton,dia memiliki 1 anak laki – laki tertua, dan 2 anak perempuan. Anak laki – lakinya itu bernama Bayu Putradiningrat.
Setelah pemakaman selesai, aku dan ibuku beranjak untuk pulang, namun aku melihat sorot mata sang anak laki – laki itu,mengingatkan aku pada tatapan laki – laki yang pernah aku temui sebelumnya. Ya, aku tahu tatapan itu, dia adalah laki –laki yang aku temui saat aku berjualan. Dan ternyata dia adalah sepupu tiriku.
Waktu terus berjalan lagi,1 bulan setelah pemakaman itu, Bayu datang ketempat nenekku tinggal. Dia bilang ingin melamar cucunya yaitu aku. Nenekku memang melihat seseoang dari materi, tanpa banyak bertanya dia memaksa aku untuk menikah dengan Bayu. Jelas aku menolak permintaannya,aku tidak kenal Bayu, bagaimana wataknya, tak mau aku menerima lamarannya. Rasa benci itu datang, aku benci laki – laki yang bernama Bayu itu. Ibuku terus menangis karena tekanan nenekku yang matrealistis,ibuku jelas sangat menyayangi aku,dan ingin aku bahagia,tapi tidak dengan memaksa menikah dengan orang yang tidak kucintai.Nenekku terus memaksaku dan dia mengatakan aku ibuku dan adik – adikku akan bahagia jika aku menikah dengan Bayu, karena memiliki warisan yang banyak.Setiap Bayu datang untuk menemuiku, aku pergi,dan kadang aku naik ke atas atap rumah untuk menghindarinya,juga kadang aku masuk ke kolong gubuk bilik rumahku. Hanya untuk menghindari Bayu dan nenekku.
Aku bertanya dalam hati, kenapa nenekku begitu memaksa aku untuk menikah dengan Bayu? Akhirnya aku coba menyelidikinya, dan alangkah kagetnya setelah aku tahu bahwa nenekku telah mendapatkan sawah seluas 1 hektar dari Bayu, agar bisa menikah denganku, dan saudara – saudara ibuku pun mendapatkan jatah mengelola sawah – sawah Bayu yang lainnya. Sakit,sedih dan kecewa dengan semua sikap mereka. Aku hanya menangis dan menangis.Aku sedih melihat ibuku terus ditekan oleh nenekku dan saudara – saudaranya,aku juga sedih melihat keadaan adik – adikku, mereka masih menderita karena tidak bisa menjalani kehidupan seperti teman – temannya yang lain.
Ya Tuhan, apa yang harus aku lakukan? Apakah aku harus menerima lamaran Bayu? Sedangkan aku tidak mencintainya sedikitpun. Waktu begitu lama untuk bisa membuatku menerima lamaran Bayu, tapi melihat keadaan ibuku, dan adik – adikku, rasanya aku harus menerima lamarannya. Dan akhirnya demi mereka semua, aku memutuskan untuk menikah dengan Bayu.
Sebulan perikahan kami, semua sikap Bayu sangat baik , aku merasakan bahwa dia mencintai aku, dan semua kebutuhan kami terpenuhi. Lalu aku tinggal di rumah ibu mertuaku. Dua bulan pernikahan kami, tiba – tiba datang orang yang menagih hutang, dan aku terkejut kaget karena hutangnya dalam jumlah sangat besar. Ternyata itu adalah hutang ayah mertuaku dulu untuk membiayai perkebunannya. Yang akhirnya bangkrut karena dikelola oleh orang yang mengkhianati ayah mertuaku.
Akhirnya semua harta kekayaan warisan suamiku dijual untuk melunasi hutang perkebunan itu. Hanya tersisa satu rumah tua untuk temat tinggal ibu mertuaku dan adik – adik iparku.Suamiku hanya lulusan STM teknik, yang tidak bekerja di kantor, dulu dia mengawasi perkebunan ayahnya, namun karena ayahnya sakit hingga meninggal dunia, maka perhatiannya pun terbagi – bagi.Sekarang suamiku bekerja serabutan,yang penting baginya adalah bisa menafkahi aku dan keluarga. Namun tak lama suamiku sakit hingga hanya bisa menafkahi aku dan ibu serta adik – adiknya saja, sedangkan ibuku dan adik – adikku?tak ada yang menafkahi.Tuhan, lindungi mereka…
Ya Tuhan, ternyata penderitaanku bertambah lagi. Aku sudah menikah tapi beban hidupku pun bertambah.Tuhan, tolong aku. Setiap saat aku berdoa memohon pertolongan – Nya, yakinkan aku bahwa suamiku adalah laki – laki baik dan bertanggung jawab, yakinkan aku bahwa suamiku sangat mencintai aku. Sehingga walau badai cobaan datang, kami tetap selalu bersama mengatasinya.
6 bulan pernikahan kami aku merasa yakin bahwa suamiku sangat mencintaiku, aku tetap tinggal di rumah ibu mertuaku, terpisah dari ibuku dan adik – adikku, rasa rindu itu selalu datang, tapi aku tidak bisa menemui mereka karena ibu mertuaku ternyata tidak menyukai aku, dan menganggap aku adalah wanita pembawa sial. Dirumahnya setiap hari aku hanya dijadikan kacung yang tidak dihargai, dicaci maki, dimarahi,disumpah serapahi. Tuhan, ibu mertuaku adalah ibuku juga, tolong berikan rasa sayang dihatinya untukku, karena walau dia menyakitiku terus menerus, aku tetap menghormatinya sebagai ibu.
1 tahun pernikahan kami, aku sangat sulit bertemu ibuku dan adik – adikku,tempat tinggalku sekarang jauh dari mereka, aku ingin tahu bagaimana keadaan mereka, aku sangat merindukan mereka.
Alhamdulillah, datanglah saudara sepupuku berkunjung menemuiku dan memberi kabar tentang ibu dan adik – adikku. Tapi aku langsung menangis sekeras – kerasnya. Sepergi aku dari mereka, ternyata hidup mereka jauh lebih menderita, ibuku sakit, adik – adikku berhenti sekolah, bekerja serabutan,dan kabar yang paling membuat tangisku semakin mengeras adalah dua orang adikku telah meninggal dunia dalam waktu berdekatan karena sakit yang terlambat ditangani dokter karena tidak punya biaya. Ya Tuhan, kenapa dulu aku pergi meninggalkan mereka ? padahal mereka sangat membutuhkan aku,Tuhan kenapa tidak ada yang memberitahukan aku tentang kematian 2 adikku yang sangat aku cintai?.Sesaat aku terbangun , ternyata aku pingsan setelah aku menangis.
Dan ternyata, ibuku mengirimkan sepupuku untuk memberi kabar kematian 2 adikku,tepat disaat mereka meninggal dunia,namun saat itu aku sedang membantu suamiku berjualan,dan sepupuku menitipkan kabar tersebut pada ibu mertuaku, dan adik iparku.
Tapi kenapa ibu mertuaku dan adik iparku tidak memberitahukan aku tentang kabar penting itu?Kenapa? Aku tahu mereka benci padaku, karena bagi mereka aku adalah pembawa sial? Tapi aku berhak tahu kabar itu.Tuhan kenapa Kau biarkan ini terjadi padaku?Aku hanya menangis dan menangis.
Bersambung ..............
Aku adalah seorang anak perempuan yang lahir dari keluarga terpandang 53 tahun lalu di Jogya. Ayah ibuku adalah orang yang dermawan. Namun seiring berjalannya waktu aku menjalani banyak penderitaan dalam hidupku. Aku anak tertua dan kakak dari 6 adik - adikku. Namun terhitung hingga saat ini hanya tersisa 2 orang adikku, 4 orang adikku lainnya telah meninggal dunia karena sakit.Inilah sepenggal kisah perjalanan hidupku…
Dulu, aku adalah seorang anak kecil yang bahagia, bermain dengan teman sebayaku, periang dan ceria, aku juga punya segalanya. Namun bahagia itu singgah hanya untuk sementara, karena di 7 tahun usiaku ayah tercintaku menderita sakit, batuk yang berkepanjangan , virus menyerang paru – parunya,hingga kami harus mondar mandir membawanya ke rumah sakit, dan dalam kurun waktu yang lama, yaitu selama 7 tahun. Aku sebagai anak tertua yang masih kecil tidak bisa membantu ibuku dan untuk membiayai kehidupan kami saat itu juga untuk biaya rumah sakit terpaksa ibuku harus menjual semua harta yang mereka miliki,hingga nyawa ayahku tak tertolong lagi.Habis sudah kekayaan itu, hanya tersisa rumah bilik seperti gubuk yang menjadi tempat tinggal kami saat itu. Dan saat itu ibuku hanya seorang janda yang harus berjuang menghidupi 7 anak – anaknya yang masih kecil. Begitu berat ujian itu.6 bulan setelah ayahku meninggal, kami hidup menderita, bahkan untuk tetap bisa makan pun kami harus menjual pakaian, piring dan perabotan rumah yang ada,namun kami tetap mempertahankan gubuk bilik kami, karena hanya itu tempat kami untuk bisa tidur dan tetap berkumpul bersama. Waktu terus berjalan akhirnya kami pun harus merasakan kelaparan karena tidak ada yang bisa kami makan. Sakit rasanya perutku menahan lapar, aku menangis memikirkan ibu dan adik- adikku yang juga merasakan sakit menahan lapar Akhirnya ibuku pergi berkunjung ke tempat saudara – saudaranya untuk meminta bantuan, tapi apa yang ibuku dapatkan? Tidak ada seorangpun yang mau memberi bantuan kepadanya. Sungguh kejam mereka saat itu, seakan air susu dibalas air tuba. Dulu disaat mereka dalam kesulitan ayah ibuku selalu membantu mereka. Akhirnya ibuku datang ke tempat nenekku dengan tujuan yang sama,nenekku termasuk orang yang berada,tapi.setelah kakekku meninggal, nenekku menikah lagi dengan seorang duda beranak 5.Ibuku tiba dirumah nenekku meminta bantuan. Ya, nenekku memberi bantuan, tapi tidak gratis, karena ibuku harus menjadi kuli tumbuk padi nya. Ya Tuhan begitu berat hidup kami saat itu,namun ibuku terus berjuang dan berjuang menjadi kuli tumbuk padi juga pembantu di mana saja yang penting baginya adalah bisa memberi makan anak – anaknya. Ia tak perduli tubuhnya terus menjadi kurus kering tinggal tulang diselimuti kulit tubuh yang tipis.
Tuhan, saat itu aku merasa aku harus bertindak, aku harus melakukan sesuatu untuk membantu meringankan beban ibuku. Setiap pulang sekolah aku pergi menjadi kuli tumbuk padi menemani ibuku, dan jika sudah selesai aku membantu tetanggaku berjualan dan aku mendapat upah darinya. Aku pun sering menjadi kuli pencuci piring tetanggaku yang lain,mengasuh anaknya seperti layaknya seorang pembantu, bahkan aku sempat mencuri nasi dan ikan untuk makan adik – adikku, aku tahu perbuatan itu dilarang, tapi aku khilaf,aku tdk tega melihat adik – adikku kelaparan.
Semua aku lakukan untuk meringankan beban ibuku. Ada sebagian orang di tempatku tinggal mencemooh kami karena keadaan kami. Tapi aku tidak memperdulikannya.
Setiap hari aku terus membantu ibuku, hingga akhirnya aku memutuskan untuk berhenti sekolah karena tidak bisa membiayai sekolahku. Aku memutuskan untuk bekerja serabutan untuk tetap bisa membiayai adik – adikku sekolah. Tuhan terkadang aku merasa sedih akan hidupku, aku hanya seorang anak yang lemah yang juga ingin merasakan kebahagiaan seperti layaknya anak – anak remaja lainnya.
Tapi, di balik deritaku ternyata Tuhan memberiku suara yang indah untuk melantunkan ayat – ayat – Nya, Berbagai perlombaan kuikuti dan aku sering menjadi juara. Dari situ banyak orang orang mengenalku dan suka padaku,ibu – ibu, bapak – bapak, juga sebayaku mereka mengagumi suaraku. Hingga ada dua anak laki – laki bersaudara dari keluarga ulama yang memberi perhatian lebih padaku. Ulama itu adalah teman ayahku semasa hidupnya.Kakaknya bernama Abu, dia seorang laki – laki muda, baik dan tampan.Dan dia adalah guru di sekolahku dulu.Sedangkan adiknya bernama Abash, dia adalah teman sekolahku dulu. Dan ternyata mereka menyukaiku, mereka mengirimi aku surat.Dan mereka mengharapkan hubungan lebih dari sekedar teman. Namun aku berusaha menepis rasa itu, meskipun rasa tertarikku pada Abu tiba – tiba datang menghampiri hatiku.
Tapi Abu tetap memberiku perhatian lebih, dia juga menyarankan aku untuk kembali sekolah dan ia akan membantu membiayai sekolahku. Tapi aku tetap menolak, karena aku tetap harus membantu ibuku bekerja untuk membiayai hidup kami dan sekolah adik – adikku. Tidak berhenti di situ, Abu akhirnya memberiku buku – buku pelajaran agar aku tetap belajar, dan akhirnya aku menerima buku – buku itu. Tapi, tetap aku menganggap Abu sebagai guru dan temanku. Abu dan Abash bersaing untuk mendapatkan aku.
Waktu terus berjalan, akhirnya aku merasa bahwa aku menyukai Abu, dan aku pun membalas surat – suratnya, namun ketika rasa itu datang Abu pergi meninggalkan aku untuk melanjutkan kuliah di Jakarta.Tanpa kabar berita dia pergi, dan akhirnya Abash terus mendekati aku. Aku dikenal sebagai anak yang cantik namun sangat miskin setelah kematian ayah tercintaku.
Aku berusaha melupakan semua itu dan menganggap kembali mereka sebagai teman saja, aku harus tetap bekerja serabutan untuk terus membantu ibuku. Dan aku tetap melanjutkan keseharianku sebagai kuli tumbuk padi, juga pembantu tetanggaku,berjualan gorengan dan makanan lain mengelilingi desa dan melewati sawah serta kebun, semua itu berjalan hingga aku berusia 17 tahun.
Dan suatu ketika aku berjualan aku bertemu laki – laki muda yang ternyata dia pun menatap aku penuh suka. Tapi aku merasa tidak menyukainya saat itu dan aku melanjutkan langkahku untuk berjualan.
Hingga tiba suatu hari, ibuku mengajakku menghadiri pemakaman saudara tirinya yang bernama Jayadiningrat. Terbilang seorang kaya dan disegani masyarakat di sana , dia memiliki istri yang kesehariannya seperti seorang ratu keraton,dia memiliki 1 anak laki – laki tertua, dan 2 anak perempuan. Anak laki – lakinya itu bernama Bayu Putradiningrat.
Setelah pemakaman selesai, aku dan ibuku beranjak untuk pulang, namun aku melihat sorot mata sang anak laki – laki itu,mengingatkan aku pada tatapan laki – laki yang pernah aku temui sebelumnya. Ya, aku tahu tatapan itu, dia adalah laki –laki yang aku temui saat aku berjualan. Dan ternyata dia adalah sepupu tiriku.
Waktu terus berjalan lagi,1 bulan setelah pemakaman itu, Bayu datang ketempat nenekku tinggal. Dia bilang ingin melamar cucunya yaitu aku. Nenekku memang melihat seseoang dari materi, tanpa banyak bertanya dia memaksa aku untuk menikah dengan Bayu. Jelas aku menolak permintaannya,aku tidak kenal Bayu, bagaimana wataknya, tak mau aku menerima lamarannya. Rasa benci itu datang, aku benci laki – laki yang bernama Bayu itu. Ibuku terus menangis karena tekanan nenekku yang matrealistis,ibuku jelas sangat menyayangi aku,dan ingin aku bahagia,tapi tidak dengan memaksa menikah dengan orang yang tidak kucintai.Nenekku terus memaksaku dan dia mengatakan aku ibuku dan adik – adikku akan bahagia jika aku menikah dengan Bayu, karena memiliki warisan yang banyak.Setiap Bayu datang untuk menemuiku, aku pergi,dan kadang aku naik ke atas atap rumah untuk menghindarinya,juga kadang aku masuk ke kolong gubuk bilik rumahku. Hanya untuk menghindari Bayu dan nenekku.
Aku bertanya dalam hati, kenapa nenekku begitu memaksa aku untuk menikah dengan Bayu? Akhirnya aku coba menyelidikinya, dan alangkah kagetnya setelah aku tahu bahwa nenekku telah mendapatkan sawah seluas 1 hektar dari Bayu, agar bisa menikah denganku, dan saudara – saudara ibuku pun mendapatkan jatah mengelola sawah – sawah Bayu yang lainnya. Sakit,sedih dan kecewa dengan semua sikap mereka. Aku hanya menangis dan menangis.Aku sedih melihat ibuku terus ditekan oleh nenekku dan saudara – saudaranya,aku juga sedih melihat keadaan adik – adikku, mereka masih menderita karena tidak bisa menjalani kehidupan seperti teman – temannya yang lain.
Ya Tuhan, apa yang harus aku lakukan? Apakah aku harus menerima lamaran Bayu? Sedangkan aku tidak mencintainya sedikitpun. Waktu begitu lama untuk bisa membuatku menerima lamaran Bayu, tapi melihat keadaan ibuku, dan adik – adikku, rasanya aku harus menerima lamarannya. Dan akhirnya demi mereka semua, aku memutuskan untuk menikah dengan Bayu.
Sebulan perikahan kami, semua sikap Bayu sangat baik , aku merasakan bahwa dia mencintai aku, dan semua kebutuhan kami terpenuhi. Lalu aku tinggal di rumah ibu mertuaku. Dua bulan pernikahan kami, tiba – tiba datang orang yang menagih hutang, dan aku terkejut kaget karena hutangnya dalam jumlah sangat besar. Ternyata itu adalah hutang ayah mertuaku dulu untuk membiayai perkebunannya. Yang akhirnya bangkrut karena dikelola oleh orang yang mengkhianati ayah mertuaku.
Akhirnya semua harta kekayaan warisan suamiku dijual untuk melunasi hutang perkebunan itu. Hanya tersisa satu rumah tua untuk temat tinggal ibu mertuaku dan adik – adik iparku.Suamiku hanya lulusan STM teknik, yang tidak bekerja di kantor, dulu dia mengawasi perkebunan ayahnya, namun karena ayahnya sakit hingga meninggal dunia, maka perhatiannya pun terbagi – bagi.Sekarang suamiku bekerja serabutan,yang penting baginya adalah bisa menafkahi aku dan keluarga. Namun tak lama suamiku sakit hingga hanya bisa menafkahi aku dan ibu serta adik – adiknya saja, sedangkan ibuku dan adik – adikku?tak ada yang menafkahi.Tuhan, lindungi mereka…
Ya Tuhan, ternyata penderitaanku bertambah lagi. Aku sudah menikah tapi beban hidupku pun bertambah.Tuhan, tolong aku. Setiap saat aku berdoa memohon pertolongan – Nya, yakinkan aku bahwa suamiku adalah laki – laki baik dan bertanggung jawab, yakinkan aku bahwa suamiku sangat mencintai aku. Sehingga walau badai cobaan datang, kami tetap selalu bersama mengatasinya.
6 bulan pernikahan kami aku merasa yakin bahwa suamiku sangat mencintaiku, aku tetap tinggal di rumah ibu mertuaku, terpisah dari ibuku dan adik – adikku, rasa rindu itu selalu datang, tapi aku tidak bisa menemui mereka karena ibu mertuaku ternyata tidak menyukai aku, dan menganggap aku adalah wanita pembawa sial. Dirumahnya setiap hari aku hanya dijadikan kacung yang tidak dihargai, dicaci maki, dimarahi,disumpah serapahi. Tuhan, ibu mertuaku adalah ibuku juga, tolong berikan rasa sayang dihatinya untukku, karena walau dia menyakitiku terus menerus, aku tetap menghormatinya sebagai ibu.
1 tahun pernikahan kami, aku sangat sulit bertemu ibuku dan adik – adikku,tempat tinggalku sekarang jauh dari mereka, aku ingin tahu bagaimana keadaan mereka, aku sangat merindukan mereka.
Alhamdulillah, datanglah saudara sepupuku berkunjung menemuiku dan memberi kabar tentang ibu dan adik – adikku. Tapi aku langsung menangis sekeras – kerasnya. Sepergi aku dari mereka, ternyata hidup mereka jauh lebih menderita, ibuku sakit, adik – adikku berhenti sekolah, bekerja serabutan,dan kabar yang paling membuat tangisku semakin mengeras adalah dua orang adikku telah meninggal dunia dalam waktu berdekatan karena sakit yang terlambat ditangani dokter karena tidak punya biaya. Ya Tuhan, kenapa dulu aku pergi meninggalkan mereka ? padahal mereka sangat membutuhkan aku,Tuhan kenapa tidak ada yang memberitahukan aku tentang kematian 2 adikku yang sangat aku cintai?.Sesaat aku terbangun , ternyata aku pingsan setelah aku menangis.
Dan ternyata, ibuku mengirimkan sepupuku untuk memberi kabar kematian 2 adikku,tepat disaat mereka meninggal dunia,namun saat itu aku sedang membantu suamiku berjualan,dan sepupuku menitipkan kabar tersebut pada ibu mertuaku, dan adik iparku.
Tapi kenapa ibu mertuaku dan adik iparku tidak memberitahukan aku tentang kabar penting itu?Kenapa? Aku tahu mereka benci padaku, karena bagi mereka aku adalah pembawa sial? Tapi aku berhak tahu kabar itu.Tuhan kenapa Kau biarkan ini terjadi padaku?Aku hanya menangis dan menangis.
Bersambung ..............